Thursday, July 14, 2016

KHUTBAH JUMAT AL-'ADL



AL-‘ADIL
(Sikap ‘Adil Kepada Siapapun Tanpa Melihat Identitas)
Oleh:
Muhammad Roihan Daulay, S.Sos.I., MA
(Mahasiswa UIN Sumut)
Khutbah Pertama

ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون

Ma’asyiral muslimin, sidang Jum’at yang berbahagia.
Pada kesempatan khutbah Jum’at (siang hari ini) khotib berwasiat, hendaknya kita bersama-sama sejenak bermuhasabah untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Ta’ala, taqwa dalam arti yang sebenar-benarnya, yaitu dengan menumbuhkan rasa takut kepada siksa dan adzab Allah, menjalankan semua perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Karena dengan modal inilah kita dapat selamat di dunia ini apalagi di akhirat kelak yang mana tidak berguna lagi pangkat dan jabatan serta harta yang banyak kecuali hanya dengan modal taqwa kepada Allah swt. semoga kita bisa meraih pridikat taqwa tersebut. Amin ya robbal alamin.
Sembari itu kita tidak lupa menyampaikan shalawat bermutira salam kepada jungjungan kita Nabi besar Muhammad saw. yang telah berjuang di muka bumi ini demi untuk menerbarkan syiar Islam.  kita telah mengetahui bersama bahwa betapa rasululah saw sekalipun tidak pernah berjumpa dengan kita, namun kita selaku umatnya masih dapat percaya kepadanya. Inilah salah satu bukti kecintaan kita kepadanya. Untuk itu mari kita membacakan solawat dan salam kepadanya dengan ucapan allohummah solli ‘al Muhammad wa’ala ali Muhammad. Mudah-mudahan perjuangan yang telah diraih oleh beliau dapat kita teruskan hingga saat  ini demi terwujudnya rahmat bagi sekalian alam.
Ma’asyirol Muslimin … rohimakumullah.
Mengawali khutbah jumat ini khatib akan menyampaikan pesan-pesan singkat yang dapat kita ambil hikmahnya.
Di Suatu pagi hari ketika berangkat ke skolah saya memberi uang saku kepada adik saya. Kebetulan saya memiliki dua orang adik. Seorang adik perempuan kelas 6 SD dan seorang adik laki-laki kelas 3 SD. Saya memberikan uang saku dengan jumlah yang berbeda kepada mereka. Tentu saja adik perempuan saya mendapat jumlah uang saku yang lerbih banyak. Mengetahui hal ini, saat sepulang sekolah adik laki-laki saya protes kepada saya. “Mas, kalo bagi uang yang adil donk! Masak uang sakuku lebih sedikit dari punyane kakak?”
Mendengar protes dari adek saya Kemudian saya melemparkan sebuah pertanyaan kepadanya, “Menurutmu adil itu yang seperti apa?” Dengan polosnya adik saya yang baru berusia 9 tahun itu menjawab, “Ya harus sama jumlahnya donk, Mas. Kalo kakak dapet sekian aku juga harus dapat jumlah yang sama juga.” Dengan tersenyum saya meninggalkan dia. Sesaat kemudian saya menemui dia lagi dengan membawa dua buah gelas, literan, dan sebotol air. Kedua gelas itu memiliki ukuran berbeda. Yang pertama gelas besar dan yang kedua gelas kecil.
“Ok dik, sekarang aku minta, tolong masing-masing gelas kamu isi dengan air sebanyak 240 mL!”
Dengan sedikit pengarahan dari saya, dia mulai mengisikan air ke dalam literan hingga mencapai angka 240 mL dan menuangkannya ke dalam gelas besar. Pada gelas yang besar, air hampir memenuhi isi gelas. Namun, pada saat dia mengisi gelas yang kecil airnya tumpah.
Kemudian saya meminta dia untuk mengosongkan gelas-gelas tersebut. Dan sekarang saya memberi instruksi yang berbeda. “Sekarang isikan air ke dalam masing-masing gelas hingga penuh!” Dia mulai menuangkan air ke dalam masing-masing gelas hingga penuh. Dan sekarang tidak ada air yang tumpah.
Jama’ah jum’at yang dimuliakan oleh Allah swt.
Satu pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita di atas : Keadilan itu bukan tergantung dari jumlahnya tetapi dari ukurannya.
Sering di antara kita mengeluh kepada Allah. “Ya Allah mengapa dia memiliki harta yang lebih banyak dari aku? Pada dia memiliki pekerjaan yang sama, ibadah kita juga sama. Bahkan terkadang aku lebih baik dari dia.”
Sadarkah kita bahwa Allah itu Maha Mengetahui? Dia tahu akan ukuran setiap hamba-Nya. Dia tidak akan memberikan sesuatu kepada hamba-Nya kecuali sesuai ukuran sang hamba.
Oleh sebab itu hadirin yang dimuliakan oleh Allah, jangan pernah berburuk sangka kepada Allah swt. Tetaplah berusaha dan mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada kita. Janganlah mengeluh dan berputus asa. Tapi yakinlah Allah selalu memberi yang terbaik sesuai dengan ukuran hamba-Nya.
Berbuat adil atau keadilan adalah tindakan yang paling mendekati takwa. Allah swt berfirman,  Artinya, "Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat pada takwa" (QS. al-Ma'idah [5]: 8).
Ayat ini dikaitkan dengan peringatan Allah swt bahwa dalam menegakkan keadilan, kita jangan sampai terpengaruh oleh hubungan suka atau tidak suka kepada seseorang.  Walaupun kita sedang diliputi kebencian, keadilan harus tetap dilaksanakan. Demikian juga ketika kita diliputi oleh suasana senang dan sukacita. Allah swt berfirman,
Artinya, "Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil" (QS. al-Ma'idah [5]: 8).
Jama’ah yang dmuliakan oleh Allah swt.
Di samping berbicara tentang keadilan kita juga sangat dituntut untuk betul betul menjadi orang yang amanah. Seberapapun rizki yang Allah swt berikan kepada kita, jangan pernah untuk mengeluh. Mari  kita manfaatkan rizki yang diberikan oleh Allah swt dengan memperbanyak bersyukur kepada Allah swt. Karena Allah-lah yang maha adil. Salah satu bukti keadilan Allah swt tersebut dapat kita rasakan betapa Allah telah memberikan keseimbangan terhadap apa yang menjadi ciptaan-Nya. Allah telah memberikan keadilan terhadap adanya siang dan malam, adanya istilah jauh dan dekat, di antara urusan yang kita hadapi ada yang sulit dan ada yang mudah. Rizki Allah yang kita nikmati itu ada ang menurut kita sedikit padahal itu sangat baik untuk kita, bahkan ada rizki Allah yang banyak diberikan kepada kita namun belum tentu itu memberikan keberkahan terhadap diri kita sendiri. Allah jadikan bentuk dan tubuh kita penuh dengan keadilan, kita bisa rasakan betapa sempurnanya ciptaan Allah swt.
Saudaraku seiman dan sekeyakinan.
Oleh sebab itu, mari melalui pertemuan kita di siang hari ini, kita tingkatkan rasa syukur kita kepada Allah swt. dengan menyadari bahwa Allah telah memberikan kepada kita banyak nikmat. Melalui nikmat yang banyak ini kita menjadi orang orang yang pandai bersyukur kepada-Nya. Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang yang mampu untuk berlaku adil terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Karena nikmat yang Allah berikan kepada kita tidak lain hanyalah sebuah titipan yang harus kita manfaatkan di jalan Allah swt.
بَارَكَ اللهُ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعِنْي وَإِيَّاكُمْ بِالآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، إِنَّهُ هُوَ الَّسِمْيُع اْلعَلِيْمُ، فَاسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Saudaraku yang berbahagia.
Sebagai orang yang beriman mari kita jadikan Alquran sebagai sumber dalam beramal. Allah swt berfirman dalam Alquran: "Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil" (QS. an-Nisa' [4]: 58).
Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa keadilan itu harus kita tegakkan dengan sebaik baiknya. Bahkan dalam ayat di atas kita dilarang untuk menetapkan hokum dengan sepihak saja. Misalnya membela kaum family kita saja. Akan tetapi kita diperintahkan Allah swt untuk adil kepada siapa saja. Karena keadilan itu harus diimplementasikan secara kaffah dengan bersikap objektivitas.


Saudaraku yang dimuliakan Allah
Perjuangan Musa as adalah perjuangan dari seorang pembebas melawan seorang penindas. Exsodus besar-besaran bangsa Israel dari Mesir ke Palestina adalah lambang dari pembebasan manusia dari perbudakan dan penindasan. Al-Quran berkali-kali menceritakan exsodus ini. Ini semua mengandung pelajaran moral mengenai perjuangan abadi manusia melawan tiran semenjak manusia mengenal kekuasaan, yang secara historis itu dimulai oleh bangsa Sumeria, dilembah sungai Effrat dan Tigris—orang Yunani menyebutnya sebagai Mesopotamia, artinya lembah antara dua sungai—sekitar 60.000 tahun lalu. Sejak itu manusia menjalani penyalahgunaan kekuasaan.
Dari informasi di atas dapat kita terik sebuah makna yang dapat bermanfaat buat kita. Yang pertama bahwa peristiwa yang dahulu ternyata dapat kita jadikan sebuah I’tibar kepada kita untuk hari ini. dimana kisah Musa di atas ternyata dapat memberikan sebuah renungan bagi kita bahwa jabatan yang disalah gunakan oleh orang-orang bangsa Israel itu ternyata hanya bersifat sementara. Mereka telah menyalahgunakan jabatan mereka semata-mata karena kehebeatan mereka. Ingat saudaraku, kehebatan manusia memiliki batas. Maka untuk itu, setiap jabatan itu haruslah kita pahami bahwa itu merupakan amanah Allah yang harus kita tunaikan dengan penuh keadilan. Jangan menjadi raja atau penguasa yang selalu menindas yang lemah dan miskin saja.  Mari kita gunakan amanah yang diberikan oleh Allah swt untuk bisa mengatur bumi Allah ini. sekalipun kita menjadi, Bupati, Wali Kota, Gubernur, maupun Presiden. Kita jangan lupa dan jangan berlaku seenaknya saja. Mari kita ingat bahwa masih ada penguasa yang lebih berkuasa dari kita yakni Allah swt. oleh sebab itu, jadikanlah diri kita sebagai pemimpin yang adil yang dapat memberikan pelayanan secara adil kepada umat ini, sehingga kelak kita akan menjadi orang-orang yang amanah yang selalu mengutamakan kemaslahatan umat dibandingkan dengan kemaslahatan pribadi kita atau individu.
Terakhir, melalui khutbah yang cukup singkat ini khatib akan menyampaikan beberapa tips yang perlu untuk kita renungkan bersama. Tip ini dapat kita ambil dari hadis nabi sawt. Adapun hadis tersebut adalah sebagai berikut.
Artinya, "Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, 'Ada tujuh (macam) manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah, yaitu: 1) imam/pemimpin yang adil, 2) pemuda yang tumbuh dewasa dan rajin beribadah kepada Allah, 3) orang yang hatinya selalu gandrung ke masjid (untuk beribadah), 4) dua orang yang saling mengasihi karena Allah, keduanya berkumpul atau berpisah karena Allah, 5) seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh wanita yang berkedudukan lagi cantik tetapi dia menolak sambil berkata, 'Saya takut kepada Allah,' 6) orang yang bersedekah secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan 7) orang yang selalu ingat kepada Allah di kala berkhalwat hingga ia mencucurkan air matanya'" (HR. Muttafaq 'Alaih).
Hadis ini menjelaskan tentang orang-orang yang akan mendapatkan perlindungan Allah swt di hari Kiamat. Dari tujuh macam orang yang akan mendapat perlindungan Allah di hari Kiamat kelak, satu di antaranya pemimpin yang adil, pemuda yang rajin beribadah kepada Allah swt, orang yang hatinya selalu tertuju kepada mesjid untuk bberibadah, orang yang senantiasa saling mencintai dan menyayangi karena Allah swt, orang yang selalu berusaha menghindar dari hal-hal yang maksiat, orang orang yang senetiasa bersedekah namun dia bersedekah secara sembunyi sembuni tanpa mengaharap pujian dari orang sehingga takut untuk dipuji oleh orang, karena dia sadar bahwa yang pantas dipuji itu hanyalah Allah swt yang maha segalanya, orang yang slalu ingat kepada Allah swt.
Dari tips di atas tentunya bermanfaat kepada agar kiranya kita dapat menjadi orang-orang yang selamat baik di dunia ini apalagi di akhrirat kelak. Semoga Allah swt member usiah yang berjah kepada kita. Ingat saudarku yang dimuliakan oleh Allah, selagi hayat kita masih dikandung badan, mari kita pergunakan untuk beribadah kepada Allah swt dengan penuh ikhlas.
Sebab, hanya orang yang taat beribadah kepada Allah-lah yang akan mendapat keselamatan baik di dunia apalagi di kahirat kelak. Di samping itu juga, tugas manusia di muka bum ini hanyalah untuk beribadah kepada-Nya.  Allah sudah mengingatkan kita di dalam Alquran sebagai mana yang telah dituliskan dalam Surat Az-zariat ayat 56 yang menyatakan bahwa aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melaninkan untuk beribadah. Oleh karena itu hadirin yang di muliakan oleh Allah swt mari menjadi hamba-hamba yang taat beribadah. Boleh saja kita menjadi dokter, tapi menjadi dokter yang beribadah kepada Allah, boleh saja kita menjadi hakim tapi menjadi hakim yang adil dengan penuh ibadah kepada Allah.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ