HIDUP UNTUK IBADAH
HIDUP UNTUK
IBADAH
Dr. Muhammad Roihan Daulay, M.A Dosen IAIN Padangsidimpuan Bersama Penulis Terhebat di IAIN Padangsidimpuan Maulana Arafat, M.Pd |
Ibadah merupakan perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang
didasari ketaatan mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Pernyataan
ini ialah pengertian yang telah dipahami bersama oleh umat Islam. Ibadah adalah
tugas utama dari Allah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Allah
berfirman dalam surat Adz-zariyat ayat 56-58 yang berbunyi:
Artinya: “Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”.
Sesuai dengan firman Allah di atas telah jelas bahwa kita sebagai manusia
memiliki tujuan hidup hanyalah untuk mengabdi kepadaNya. Jika kita sudah
mengetahui untuk apa kita diciptakan di hamparan bumi Allah ini, maka hendaklah
kita sadar diri atas sikap kita kepada Sang Maha Pencipta alam semesta. Allah telah
memberikan petunjuk bagaimana cara kita untuk beribadah kepadaNya. Cara-cara
tersebut telah Allah wahyukan kepada Nabi Muhammad saw. berupa Alquran dan
Hadis. Beribadah sesuai dengan Alquran dan Hadis akan membuat kita selamat di
dunia maupun di akhirat. Hal ini bukanlah isapan jempol belaka, melainkan
pernyataan ini telah dinyatakan oleh Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Abdul
Barri:
Artinya :”Telah
Kutinggalkan bagimu dua perkara yang tak akan tersesat kamu jika berpegang pada
keduanya, yaitu Kitab Allah (Al qur’an) dan Sunnah RasulNya”.
Alasan mengapa kita harus berpegang teguh kepada Alquran dan Hadis, tak
lain agar ibadah yang kita lakukan murni dan terhindar dari Syirik, Bid’ah, Tahayyul,
serta Khurafat. Realitasnya, ibadah kita sudah banyak terkontaminasi dengan
adat istiadat yang nyata-nyatanya hampir sebagian besar adalah pengaruh dari
pola pikir nenek moyang kita dengan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda.
Dengan demikian, sebagai manusia yang hidup di zaman informasi dan teknologi
yang super canggih ini kiranya dapat kita jadikan sebagai salah satu sarana
pencarian tentang ilmu-ilmu ibadah yang sesuai dengan syariat Islam. Karena
sesungguhnya, apapun ibadah yang kita lakukan tidak lain hanyalah untuk
mendapatkan ridho Allah swt.
Selanjutnya, ibadah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pembagian ibadah
berdasarkan pada umum dan khusus (khashashah dan ‘ammah) yaitu:
Ibadah ‘ammah
adalah semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik semata-mata hanya
karena Allah, seperti: makan, minum, bekerja, dan lain sebagainya, dengan niat
melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga jasmaniah agar dapat beribadah kepada
Allah.
Ibadah khashashah
ialah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash, seperti shalat,
zakat, puasa dan haji.
Pembagian ibadah berdasarkan
pelaksanaannya adalah: Ibadah jasmaniah, ruhiyah, seperti salat dan puasa. Ibadah
ruhiyah dan amaliyah, seperti zakat. Ibadah jasmaniah ruhiyah dan amaliyah,
seperti mengerjakan haji
Pembagian ibadah berdasarkan
kepentingan perseorangan atau masyarakat yakni: Ibadah fardhi, seperti salat
dan puasa, Ibadah ijtima’i seperti zakat dan haji.
Ibadah
berdasarkan bentuk dan sifatnya yaitu sebagai berikut. Ibadah yang berupa
perkataan atau ucapan lidah, seperti: membaca do’a, membaca Al qur’an, membaca
dzikir, membaca tahmid dan mendoakan orang yang bersin.
Ibadah yang
berupa pekerjaan tertentu bentuknya meliputi perkataan dan perbuatan, seperti:
shalat, zakat, puasa, dan haji.
Ibadah yang
sifatnya menggugurkan hak, seperti: membebaskan hutang dan memaafkan orang yang
bersalah.
Ibadah yang
pelaksanaannya menahan diri, seperti: ihram, puasa dan I’tikaf, serta menahan
diri untuk berhubungan dengan istrinya.
Ibadah yang
berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti: menolong orang lain,
berjihad, membela diri dari gangguan.
Adapun syarat
dalam beribadah ada dua yang harus dipenuhi yakni: Sah, maksudnya amal itu
dilakukan sesuai dengan kehendak syara’, dan Ikhlas, yakni semata-mata karena
Allah.
Kemudian, ibadah
memiliki fungsi yang di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya
Mewujudkan hubungan
hamba dengan Tuhannya atau yang sering dikenal dengan istilah hablun
minalloh adalah dengan melakukan ibadah. Dengan ibadah, hamba dapat menunjukkan
seberapa besar ketaatan, keimanan, dan ketakwaannya dengan sungguh-sungguh
kepada Sang Maha Kuasa. Hamba tidak dapat jauh dari Tuhan yang telah
menciptakannya, seperti terlihat dalam Al qur’an surat Al-Fatihah ayat 5 yang
berbunyi:
“Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.”
Inilah bukti bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa Tuhannya, dan sudah
seyogyanyalah hamba tidak boleh mensyerikatkan Allah walau dengan benda sekecil
apapun. Karena kita adalah milikNya dan kita akan kembali kepadaNya.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan
kewajibannya
Mental yang terdidik dan
ingat akan kewajibannya sebagai hamba, dapat dilatih dari ibadah. Ibadah yang
dilakukan akan terefleksi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal inilah yang
dikenal dengan hablun minannas (hubungan dengan sesama). Salah satu
aplikasinya dapat kita lihat pada Al qur’an surat Al- Ankabut ayat 45 yang
artinya sebagai berikut.
“Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab
(Al
qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Berdasarkan ayat
di atas, jelas terlihat bahwa jika ibadah sholat dilaksanakan dengan baik, maka
kita akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Mengapa? Karena hati kita
telah memiliki alarm untuk mewanti-wanti agar terhindar dari perbuatan yang keji
dan mungkar tadi. Alarm itu akan berbunyi bila kita sering melatihnya dengan
ibadah sholat.
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Ibadah juga
mengajarkan kita untuk berdisiplin dalam hidup. Kembali lagi kita contohkan
dengan ibadah sholat. Ibadah sholat yang dilakukan lima kali sehari semalam di
awal waktu, akan menjadikan kita pribadi yang tepat waktu dan penuh tanggung
jawab. Bila sikap ini sudah tertanam dalam diri seorang hamba, maka dia akan menjadi
seseorang dengan kepribadian yang rupawan.
Karenanya,
marilah kita sama-sama intropeksi diri dengan pikiran yang lebih jernih dan
lebih jujur, sudahkah kita melakukan ibadah dengan baik? Sudahkah kita
membekali ilmu bagaimana cara beribadah yang baik sesuai dengan Alquran dan
hadis? Mari terus belajar menambah pengetahuan agama kita, karena hanya
agamalah yang menjadi pengendali di saat kita tak tentu arah. Mari kita sadari
kembali bahwa tugas kita diciptakan hanya untuk mengabdi kepadaNya. Jangan
sia-siakan usia kita yang terus berkurang. Dedikasikanlah hidup ini hanya
untukNya. Walau bagaimanapun sesungguhnya, itulah tujuan kita diciptakan Allah SWT dan suatu saat kita akan ditandu ke masjid dan keliang lahat.
Wabillahi taufik Wal hidaayah
Wassalamu alaikum warahmatullohi wabarakaatuh.
Labels: Tulisanku