Monday, August 26, 2019

HIDUP UNTUK IBADAH


HIDUP UNTUK IBADAH

Dr. Muhammad Roihan Daulay, M.A
Dosen IAIN Padangsidimpuan
Bersama Penulis Terhebat di IAIN Padangsidimpuan
Maulana Arafat, M.Pd
Ibadah merupakan perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Pernyataan ini ialah pengertian yang telah dipahami bersama oleh umat Islam. Ibadah adalah tugas utama dari Allah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Allah berfirman dalam surat Adz-zariyat ayat 56-58 yang berbunyi:
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Sesuai dengan firman Allah di atas telah jelas bahwa kita sebagai manusia memiliki tujuan hidup hanyalah untuk mengabdi kepadaNya. Jika kita sudah mengetahui untuk apa kita diciptakan di hamparan bumi Allah ini, maka hendaklah kita sadar diri atas sikap kita kepada Sang Maha Pencipta alam semesta. Allah telah memberikan petunjuk bagaimana cara kita untuk beribadah kepadaNya. Cara-cara tersebut telah Allah wahyukan kepada Nabi Muhammad saw. berupa Alquran dan Hadis. Beribadah sesuai dengan Alquran dan Hadis akan membuat kita selamat di dunia maupun di akhirat. Hal ini bukanlah isapan jempol belaka, melainkan pernyataan ini telah dinyatakan oleh Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Abdul Barri:
Artinya  :”Telah Kutinggalkan bagimu dua perkara yang tak akan tersesat kamu jika berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al qur’an) dan Sunnah RasulNya”.
Alasan mengapa kita harus berpegang teguh kepada Alquran dan Hadis, tak lain agar ibadah yang kita lakukan murni dan terhindar dari Syirik, Bid’ah, Tahayyul, serta Khurafat. Realitasnya, ibadah kita sudah banyak terkontaminasi dengan adat istiadat yang nyata-nyatanya hampir sebagian besar adalah pengaruh dari pola pikir nenek moyang kita dengan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Dengan demikian, sebagai manusia yang hidup di zaman informasi dan teknologi yang super canggih ini kiranya dapat kita jadikan sebagai salah satu sarana pencarian tentang ilmu-ilmu ibadah yang sesuai dengan syariat Islam. Karena sesungguhnya, apapun ibadah yang kita lakukan tidak lain hanyalah untuk mendapatkan ridho Allah swt.
Selanjutnya, ibadah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pembagian ibadah berdasarkan pada umum dan khusus (khashashah dan ‘ammah) yaitu:
Ibadah ‘ammah adalah semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik semata-mata hanya karena Allah, seperti: makan, minum, bekerja, dan lain sebagainya, dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga jasmaniah agar dapat beribadah kepada Allah.
Ibadah khashashah ialah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
Pembagian ibadah berdasarkan pelaksanaannya adalah: Ibadah jasmaniah, ruhiyah, seperti salat dan puasa. Ibadah ruhiyah dan amaliyah, seperti zakat. Ibadah jasmaniah ruhiyah dan amaliyah, seperti mengerjakan haji
Pembagian ibadah berdasarkan kepentingan perseorangan atau masyarakat yakni: Ibadah fardhi, seperti salat dan puasa, Ibadah ijtima’i seperti zakat dan haji.
Ibadah berdasarkan bentuk dan sifatnya yaitu sebagai berikut. Ibadah yang berupa perkataan atau ucapan lidah, seperti: membaca do’a, membaca Al qur’an, membaca dzikir, membaca tahmid dan mendoakan orang yang bersin.
Ibadah yang berupa pekerjaan tertentu bentuknya meliputi perkataan dan perbuatan, seperti: shalat, zakat, puasa, dan haji.
Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti: membebaskan hutang dan memaafkan orang yang bersalah.
Ibadah yang pelaksanaannya menahan diri, seperti: ihram, puasa dan I’tikaf, serta menahan diri untuk berhubungan dengan istrinya.
Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti: menolong orang lain, berjihad, membela diri dari gangguan.
Adapun syarat dalam beribadah ada dua yang harus dipenuhi yakni: Sah, maksudnya amal itu dilakukan sesuai dengan kehendak syara’, dan Ikhlas, yakni semata-mata karena Allah.
Kemudian, ibadah memiliki fungsi yang di antaranya adalah sebagai berikut.
1.    Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya
Mewujudkan hubungan hamba dengan Tuhannya atau yang sering dikenal dengan istilah hablun minalloh adalah dengan melakukan ibadah. Dengan ibadah, hamba dapat menunjukkan seberapa besar ketaatan, keimanan, dan ketakwaannya dengan sungguh-sungguh kepada Sang Maha Kuasa. Hamba tidak dapat jauh dari Tuhan yang telah menciptakannya, seperti terlihat dalam Al qur’an surat Al-Fatihah ayat 5 yang berbunyi:
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.”
Inilah bukti bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa Tuhannya, dan sudah seyogyanyalah hamba tidak boleh mensyerikatkan Allah walau dengan benda sekecil apapun. Karena kita adalah milikNya dan kita akan kembali kepadaNya.
2.    Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Mental yang terdidik dan ingat akan kewajibannya sebagai hamba, dapat dilatih dari ibadah. Ibadah yang dilakukan akan terefleksi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal inilah yang dikenal dengan hablun minannas (hubungan dengan sesama). Salah satu aplikasinya dapat kita lihat pada Al qur’an surat Al- Ankabut ayat 45 yang artinya sebagai berikut.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab
(Al qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Berdasarkan ayat di atas, jelas terlihat bahwa jika ibadah sholat dilaksanakan dengan baik, maka kita akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Mengapa? Karena hati kita telah memiliki alarm untuk mewanti-wanti agar terhindar dari perbuatan yang keji dan mungkar tadi. Alarm itu akan berbunyi bila kita sering melatihnya dengan ibadah sholat.
3.    Melatih diri untuk berdisiplin
Ibadah juga mengajarkan kita untuk berdisiplin dalam hidup. Kembali lagi kita contohkan dengan ibadah sholat. Ibadah sholat yang dilakukan lima kali sehari semalam di awal waktu, akan menjadikan kita pribadi yang tepat waktu dan penuh tanggung jawab. Bila sikap ini sudah tertanam dalam diri seorang hamba, maka dia akan menjadi seseorang dengan kepribadian yang rupawan.
Karenanya, marilah kita sama-sama intropeksi diri dengan pikiran yang lebih jernih dan lebih jujur, sudahkah kita melakukan ibadah dengan baik? Sudahkah kita membekali ilmu bagaimana cara beribadah yang baik sesuai dengan Alquran dan hadis? Mari terus belajar menambah pengetahuan agama kita, karena hanya agamalah yang menjadi pengendali di saat kita tak tentu arah. Mari kita sadari kembali bahwa tugas kita diciptakan hanya untuk mengabdi kepadaNya. Jangan sia-siakan usia kita yang terus berkurang. Dedikasikanlah hidup ini hanya untukNya. Walau bagaimanapun sesungguhnya, itulah tujuan kita diciptakan Allah SWT dan suatu saat kita akan ditandu ke masjid dan keliang lahat.

Rumah yang kita tempati akan segera kita tinggalkan sekalipun itu mewah menurut kita dan bertahun tahun kita membangunnya, bahkan sampai sampai urusan kepada khalikpun terkadang kita abaikan.
Selagi hayat masih dikandung badan, mari kita orentasikan hidup ini untuk beribadah kepada Allah swt.



Wallohul Muwaffiq ilaa Aqwamittariq
Wabillahi taufik Wal hidaayah
Wassalamu alaikum warahmatullohi wabarakaatuh.

Labels: