Tuesday, August 27, 2019

ORANGTUAKU TERCINTA (IBU DAN AYAH)


 BUAT ORANGTUA (IBU DAN AYAH)

Dr. Muhammad Roihan Daulay, MA
bersama sahabat seperjuangan Irfan Rangkuti, S.Pd.I
Ibu adalah orang yang telah mengandung kita sejak di dalam perutnya. Ia telah melahirkan kita kedua ini dengan penuh perjuangan antara hidup dan mati. Ia telah menyusui kita selama dua tahun, ia membesarkan kita mengantarkan kita hingga bisa bersekolah, dan mencari segala apa yang menjadi kebutuhan kita dalam melanjutkan pendidikan kita, bahkan ibu telah bersusah payah dalam mendidik kita agar bisa menjadi anak yang mampu untuk bekal dikemudian hari. Pendidikan yang kita raih saat ini baik itu SD, SMP, SMA, PTU (S1, S2, S3) jua merupakan hasil jerih payah dari ibu yang awalnya telah memberikan asupan air susunya, asupan ilmu untuk bisa makan, minum, berbicara, berjalan sampai detik ini kita masih dapat hidup bersama mereka yang kita cintai.

Beginilah ibu kita yang sedang bekerja di sawah yang
tidak mengenal hujan dan panas di sawah.
Ayah telah berusaha dengan memeras keringat untuk mencari kebutuhan makan untuk keluarga dan anak-anaknya, dengan penuh kasih -sayangnya terhadap anak-anak dan keluarganya sehingga tidak mengenal lelah, bahkan cape, hujan dan panasnya terik matahari di sawah, di pasar, di dolok (bukit pegunungan) mereka menderes demi memperjuangkan anak-anaknya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan baik itu, MIN, MTs.N, MAN, PTAIN (STAIN, IAIN, UIN) S1, S2, S3. Orangtua tidak mengenal malu, mereka tidak pula sombong, mereka ikhlas bekerja demi kita anak-anaknya ini. Dalam tradisi masyarakat tabagsel dikenal dengan istilah anakki do hamoraon diau.
 Pertanyaannya adalah apakah kita masih layak mengatakan perkataan yang dapat menyakiti hatinya? Meminta uang yang tidak jelas sasarannya maupun peruntukannya, Layakkah kita memboonginya? Bahkan tegakah kita membiarkannya sakit dikala ia sudah tua atau lanjut uisa, sakit dalam mengahabisi usianya yang terakhir. Tentunya hal tersebut tidak pantas untuk kita lakukan lagi. Namun sebagai seorang yang memiliki iman maka rasa kasih sayanglah yang ia tunggu-tunggu dari kita. Sebagai insane akademi yang sedang duduk di bangku kuliah, renungkan atas semua apa yang telah dilakukan oleh orang tua kamu saat ini, masihkah kamu membeli rokok lalu kamu hisab dengan begitu saja? Apakah masih suka tidak masuk kampus alias asyik di kamar kos? Atau tegakah kamu maleihat mereka orang tua yang sudah semakin renta bekerja lalu kamu enak-enak saja tidur di kamar kos?

Beginilah Realitas Ayah kita yang 
sedang mencari uang kuliah kita yang tak mengenal 
panas terik matahari.

Sahabatku semuanya, mari ingat akan tugas dan tanggung jawab kamu sebagai insane akademi. Kamu harus mengerjakan Tridharma Perguruan Tinggi: pendidikan dan pengajar (kamu harus kuliah dengan efektif dan efisien), bagi yang saat ini sedang KKL silahkan mengabdi kepada masyarakat dengan mengembangkan potensi yang ada pada diri masing masing termasuk yang kamu peroleh dari bangku kuliah, bagi yang sudah selesai dua tahapan ini maka selesaikanlah tugas kamu untuk menyelesaikan masalah dengan menulis suatu karya atau skripsi. Hanya itu tugas sebagai insane akademik. Untuk itu, rebutlah masa depan kamu yang lebih cemerlang lewat banyaknya bersinergi dengan organisasi yang kamu minati. Sehingga kamu dapat mematangkan dirimu sebagai seorang insane akademi. Masukilah organisasi yang bisa kamu anggap dapat mengantarkan kamu kepada cita-cita serta masa depan kamu.
Oleh karena itu, jika kamu ingin tujuan bisa dicapai dengan baik, maka berlaku baiklah kepada kedua orang tua. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menjalankan kewajiban ini di saat yang sangat sulit untuk dijalankan. Yaitu di saat orang tua telah berusia lanjut, yang dalam usia tersebut tentunya orang tua dalam keadaan semakin lemah badan dan cara berpikirnya, sehingga bisa membuat seorang anak akan merasa cape dalam mengurusinya. Dalam keadaan demikian, seorang anak bisa terkena rasa bosan dan bahkan jengkel dengan perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh orangtua. Namun, dalam keadaan yang demikian pun seorang anak harus bersabar dan tidak menyakiti orangtuanya dalam bentuk apapun. Hal ini tentu menunjukkan betapa ditekankannya kewajiban ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:
Jika salah seorang di antara kedua orang tua atau kedua-duanya telah berumur lanjut (dan mereka) dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah memelihara aku sewaktu kecil.” (Al-Isra’: 23-24)
Di dalam ayat tersebut pula Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang hamba-hamba-Nya menyakiti orang tua, meskipun dengan ucapan yang hanya menunjukkan kekesalan. Maka perbuatan menyakiti yang lebih dari itu lebih besar dosanya. Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan agar seorang anak berbuat baik kepada orangtuanya. Yaitu dengan mengucapkan tutur kata yang sopan dengan merendahkan diri di hadapannya serta mendoakan kebaikan untuk keduanya.
Akhirnya, marilah kita berupaya untuk memperbaiki diri dalam menjalankan kewajiban kita kepada orang tua. Marilah kita senantiasa mengingat betapa tingginya amalan ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan betapa besarnya pengorbanan orang tua kepada kita terlebih di saat masih dalam kandungan dan saat persalinan, serta setelah dilahirkan sebagai seorang bayi. Kedua orang tua telah mengerahkan tenaga dan pikirannya, serta hartanya untuk merawat kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk berbakti kepadanya. Siapapun orang tua kita dan bagaimanapun keadaan orang tua kita. Apakah mereka orang yang miskin, cacat dan tidak berpangkat atau bahkan seandainya keduanya belum mendapatkan hidayah sehingga masih dalam keadaan kafir,  atau terjatuh pada kemaksiatan lainnya. Hal tersebut tidaklah membuat gugurnya kewajiban kita dalam berbakti kepada orangtuanya. Bahkan, seseorang harus tetap berkata yang baik dan tidak menyombongkan dirinya, baik dengan harta dan kedudukannya, serta ilmunya di hadapan orang tuanya. Namun, dia harus berusaha membantu keperluan keduanya selama tidak melanggar syariat dan berusaha untuk menjadi sebab turunnya hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada keduanya.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, serta memberikan kepada kita kemudahan untuk senantiasa ikhlas dalam menjalankannya. Semoga bermanfaat. 
Ayah Tercinta: SHIHABUDDIN DAULAY


Wallohul muwaffiq ilaa aqwamitthoriq
Wabillahi taufiq walhidayah
Wassalamu alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.



Labels: