ORANGTUAKU TERCINTA (IBU DAN AYAH)
BUAT ORANGTUA (IBU DAN
AYAH)
Dr. Muhammad Roihan Daulay, MA bersama sahabat seperjuangan Irfan Rangkuti, S.Pd.I |
Ibu adalah orang yang telah mengandung kita sejak di dalam perutnya. Ia
telah melahirkan kita kedua ini dengan penuh perjuangan antara hidup dan mati.
Ia telah menyusui kita selama dua tahun, ia membesarkan kita mengantarkan kita
hingga bisa bersekolah, dan mencari segala apa yang menjadi kebutuhan kita
dalam melanjutkan pendidikan kita, bahkan ibu telah bersusah payah dalam
mendidik kita agar bisa menjadi anak yang mampu untuk bekal dikemudian hari. Pendidikan
yang kita raih saat ini baik itu SD, SMP, SMA, PTU (S1, S2, S3) jua merupakan
hasil jerih payah dari ibu yang awalnya telah memberikan asupan air susunya,
asupan ilmu untuk bisa makan, minum, berbicara, berjalan sampai detik ini kita
masih dapat hidup bersama mereka yang kita cintai.
Beginilah ibu kita yang sedang bekerja di sawah yang tidak mengenal hujan dan panas di sawah. |
Ayah telah berusaha dengan memeras keringat untuk mencari kebutuhan makan
untuk keluarga dan anak-anaknya, dengan penuh kasih -sayangnya terhadap
anak-anak dan keluarganya sehingga tidak mengenal lelah, bahkan cape, hujan dan
panasnya terik matahari di sawah, di pasar, di dolok (bukit pegunungan)
mereka menderes demi memperjuangkan anak-anaknya sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan baik itu, MIN, MTs.N, MAN, PTAIN (STAIN, IAIN, UIN) S1, S2, S3. Orangtua tidak
mengenal malu, mereka tidak pula sombong, mereka ikhlas bekerja demi kita
anak-anaknya ini. Dalam tradisi masyarakat tabagsel dikenal dengan
istilah anakki do hamoraon diau.
Pertanyaannya adalah apakah kita
masih layak mengatakan perkataan yang dapat menyakiti hatinya? Meminta uang
yang tidak jelas sasarannya maupun peruntukannya, Layakkah kita memboonginya?
Bahkan tegakah kita membiarkannya sakit dikala ia sudah tua atau lanjut uisa, sakit
dalam mengahabisi usianya yang terakhir. Tentunya hal tersebut tidak pantas
untuk kita lakukan lagi. Namun sebagai seorang yang memiliki iman maka rasa
kasih sayanglah yang ia tunggu-tunggu dari kita. Sebagai insane akademi yang
sedang duduk di bangku kuliah, renungkan atas semua apa yang telah dilakukan
oleh orang tua kamu saat ini, masihkah kamu membeli rokok lalu kamu hisab
dengan begitu saja? Apakah masih suka tidak masuk kampus alias asyik di kamar
kos? Atau tegakah kamu maleihat mereka orang tua yang sudah semakin renta
bekerja lalu kamu enak-enak saja tidur di kamar kos?
Beginilah Realitas Ayah kita yang
sedang mencari uang kuliah kita yang tak mengenal
panas terik matahari.
|
Sahabatku semuanya, mari ingat akan tugas dan tanggung jawab kamu sebagai
insane akademi. Kamu harus mengerjakan Tridharma Perguruan Tinggi: pendidikan
dan pengajar (kamu harus kuliah dengan efektif dan efisien), bagi yang saat ini
sedang KKL silahkan mengabdi kepada masyarakat dengan mengembangkan potensi
yang ada pada diri masing masing termasuk yang kamu peroleh dari bangku kuliah,
bagi yang sudah selesai dua tahapan ini maka selesaikanlah tugas kamu untuk
menyelesaikan masalah dengan menulis suatu karya atau skripsi. Hanya itu tugas
sebagai insane akademik. Untuk itu, rebutlah masa depan kamu yang lebih
cemerlang lewat banyaknya bersinergi dengan organisasi yang kamu minati.
Sehingga kamu dapat mematangkan dirimu sebagai seorang insane akademi.
Masukilah organisasi yang bisa kamu anggap dapat mengantarkan kamu kepada
cita-cita serta masa depan kamu.
Oleh karena itu, jika kamu ingin tujuan bisa dicapai dengan baik, maka
berlaku baiklah kepada kedua orang tua. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk menjalankan kewajiban ini di saat yang sangat sulit untuk
dijalankan. Yaitu di saat orang tua telah berusia lanjut, yang dalam usia
tersebut tentunya orang tua dalam keadaan semakin lemah badan dan cara
berpikirnya, sehingga bisa membuat seorang anak akan merasa cape dalam
mengurusinya. Dalam keadaan demikian, seorang anak bisa terkena rasa bosan dan
bahkan jengkel dengan perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh orangtua.
Namun, dalam keadaan yang demikian pun seorang anak harus bersabar dan tidak
menyakiti orangtuanya dalam bentuk apapun. Hal ini tentu menunjukkan betapa
ditekankannya kewajiban ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman yang artinya:
Jika salah seorang di antara kedua orang tua atau kedua-duanya
telah berumur lanjut (dan mereka) dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, “Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah memelihara aku sewaktu kecil.” (Al-Isra’: 23-24)
Di dalam ayat tersebut pula Allah Subhanahu wa Ta’ala
melarang hamba-hamba-Nya menyakiti orang tua, meskipun dengan ucapan yang hanya
menunjukkan kekesalan. Maka perbuatan menyakiti yang lebih dari itu lebih besar
dosanya. Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala
juga memerintahkan agar seorang anak berbuat baik kepada orangtuanya. Yaitu
dengan mengucapkan tutur kata yang sopan dengan merendahkan diri di hadapannya
serta mendoakan kebaikan untuk keduanya.
Akhirnya, marilah kita berupaya untuk memperbaiki diri dalam menjalankan
kewajiban kita kepada orang tua. Marilah kita senantiasa mengingat betapa
tingginya amalan ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
betapa besarnya pengorbanan orang tua kepada kita terlebih di saat masih dalam
kandungan dan saat persalinan, serta setelah dilahirkan sebagai seorang bayi.
Kedua orang tua telah mengerahkan tenaga dan pikirannya, serta hartanya untuk
merawat kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk berbakti
kepadanya. Siapapun orang tua kita dan bagaimanapun keadaan orang tua kita.
Apakah mereka orang yang miskin, cacat dan tidak berpangkat atau bahkan seandainya
keduanya belum mendapatkan hidayah sehingga masih dalam keadaan kafir, atau terjatuh pada kemaksiatan lainnya. Hal
tersebut tidaklah membuat gugurnya kewajiban kita dalam berbakti kepada
orangtuanya. Bahkan, seseorang harus tetap berkata yang baik dan tidak
menyombongkan dirinya, baik dengan harta dan kedudukannya, serta ilmunya di
hadapan orang tuanya. Namun, dia harus berusaha membantu keperluan keduanya
selama tidak melanggar syariat dan berusaha untuk menjadi sebab turunnya
hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala
kepada keduanya.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan kemudahan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, serta
memberikan kepada kita kemudahan untuk senantiasa ikhlas dalam menjalankannya. Semoga bermanfaat.
Ayah Tercinta: SHIHABUDDIN DAULAY |
Wallohul
muwaffiq ilaa aqwamitthoriq
Wabillahi
taufiq walhidayah
Wassalamu
alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.
Labels: Tulisanku