“MANUSIA YANG MERUGI ADALAH MANUSIA YANG HANYA MEMAKSIMALKAN TAKDIR ALLAH DAN MENGABAIKAN TUFOKSINYA”
“MANUSIA YANG MERUGI ADALAH MANUSIA YANG HANYA MEMAKSIMALKAN TAKDIR ALLAH DAN MENGABAIKAN TUFOKSINYA”
Dr. Muhammad Roihan Daulay, MA Dosen IAIN Padangsidimpuan Email: daulaymuhammadroihan@gmail.com Almat: Jl. Imam Bonjol No 128. Kelurahan Aek Tmpang Kota Padangsidimpuan. |
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saudaraku yang beriman, tanpa terasa usia kita telah habis dalam hitungan kontrak kepada Allah. Untuk itu, sudah bagaimana persiapan kita sebagai manusia? Saat ini kita masih berada di perantauan yang tidak abadi. Dunia, ya...dunia adalah tempat kita sementara yang diberikan Allah guna menuju akhirat sebagai kampung halam tempat kita kembali.
Menurut
Prof. Dr. Alexis (Seorang Sarjana AS) pernah mengatakan: kemajuan ilmu/
teknologi mendorong manusia kepada kebiadaban.
Ungkapan di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa seperti itulah manusia saat ini. Mari kita memperhatikan
situasi manusia dalam kenyataan hidupnya
dewasa ini, manusia telah bergeser dari nilai-nilai kemanusiaannya. Hal ini
terjadi karena manusia sudah terlalu disibukkan oleh hal hal yang di luar
dirinya. terutama materi, sehingga manusia lupa kepada dirinya. Akbibatnya dia
jadi bodoh terhadap dirinya, dia tidak mengerti lagi martabatnya, sehingga
perbuatannya sangat tidak sesuai lagi dengan predikatnya sebagai manusia.
Untuk
mengembalikan manusia kepada kemanusiaannya, antara lain ia harus disadarkan
tentang martabatnya.
Secara umum
bahwa manusia adalah:
1.
Makhluk-Nya yang terbaik
kepribadiannya. Sebagaimana firman Allah SWT pada QS: At-tiin:
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
2.
Manusia adalah makhluk-Nya yang
termulia: Firman Allah pada Surat Al-Isra: 70.
Artinya:
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.
[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak
Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh
penghidupan.
3. Manusia memang pintar:
seperti Nabi Adam AS yang telah diciptakan oleh Allah test kepada Adam dengan
Malaikat yang termaktub pada QS. Al-baqarah: Ayat 31-33. Nabi Sulaiman dengan
dengan Jin yang termaktub pada QS. An-namal: 38-40.
4.
Manusia adalah makhluk yang
terpercaya: seperti Firman Allah SWT pada QS: al-Ahzab ayat: 72 sebagai
berikut:
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan
gunung- gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,
[1233] Yang dimaksud dengan amanat di sini
ialah tugas-tugas keagamaan.
5.
Manusia adalah makhluk yang
tersayang:
a.
Perlengkapan hidup komplit
b.
Dikirimnya Rasul agar tidak
sesat.
c.
Diserahi penguasaan alam.
d.
Dan disediakan Surga bagi
manusia yang beriman dan bertaqwa.
Sahabatku sekalian,
Berikut ini merupakan orang-orang yang merugi:
Pada Alquran Surat Al-Kahfi Allah mengatakan bahwa, Katakanlah, “Maukah kami kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (al-Kahfi: 103—104)
Beranjak dari ayat di atas, maka Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, yang beliau menggolongkan al-Jabriyyah
(golongan ekstrem yang hanya pasrah kepada takdir) ke dalam ayat ini. Beliau
berkata, “Sesungguhnya orang yang ditakdirkan menjadi bahagia (penduduk surga)
maka dia pun akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan orang yang bahagia.
Sedangkan barang siapa yang ditakdirkan menjadi orang sengsara (penduduk
neraka) maka sesungguhnya dia akan dimudahkan mengamalkan amalan orang yang
sengsara. Seseorang dilarang untuk bersikap pasrah kepada takdir lalu
meninggalkan amal. Oleh karena itu, orang yang pasrah kepada takdir yang telah
ditetapkan lalu meninggalkan amalan-amalan yang diperintahkan (oleh Allah subhanahu wa ta’ala), dia tergolong orang-orang yang
paling merugi amalannya, yaitu orang-orang yang sesat amalannya dalam kehidupan
dunia.” (Majmu’ Fatawa, 8/273)
Dengan demikian, sebagai manusia sudah sepantasnya kita harus melakukan suatu gerakan guna menuju masa depan yang lebih cemerlang, melalui zikir, pikir dan amal saleh. Orang yang berdiam tanpa ada suatu gerakan maupun usaha dalam merubah nasibnya ke arah yang lebih baik, maka itulah golongan orang-orang yang merugi. Agar terhindar dari golongan ini, mari kita isi hidup ini dengan terus memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Salam semangat dari Kampus IAIN Padangsidimpuan.
Wallohul
muwaffiq ila aqwamittorik
Wassalamu
alaikum warahmatullohi wabarakatuh..