Friday, August 23, 2019

“MANUSIA YANG MERUGI ADALAH MANUSIA YANG HANYA MEMAKSIMALKAN TAKDIR ALLAH DAN MENGABAIKAN TUFOKSINYA”



“MANUSIA YANG MERUGI ADALAH MANUSIA YANG HANYA MEMAKSIMALKAN TAKDIR ALLAH DAN MENGABAIKAN TUFOKSINYA”

Dr. Muhammad Roihan Daulay, MA
Dosen IAIN Padangsidimpuan
Email: daulaymuhammadroihan@gmail.com
Almat: Jl. Imam Bonjol No 128. Kelurahan Aek Tmpang
Kota Padangsidimpuan.


Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saudaraku yang beriman, tanpa terasa usia kita telah habis dalam hitungan kontrak kepada Allah. Untuk itu, sudah bagaimana persiapan kita sebagai manusia? Saat ini kita masih berada di perantauan yang tidak abadi. Dunia, ya...dunia adalah tempat kita sementara yang diberikan Allah guna menuju akhirat sebagai kampung halam tempat kita kembali. 
Menurut Prof. Dr. Alexis (Seorang Sarjana AS) pernah mengatakan: kemajuan ilmu/ teknologi mendorong manusia kepada kebiadaban.
Ungkapan di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa  seperti itulah manusia saat ini. Mari kita memperhatikan situasi manusia  dalam kenyataan hidupnya dewasa ini, manusia telah bergeser dari nilai-nilai kemanusiaannya. Hal ini terjadi karena manusia sudah terlalu disibukkan oleh hal hal yang di luar dirinya. terutama materi, sehingga manusia lupa kepada dirinya. Akbibatnya dia jadi bodoh terhadap dirinya, dia tidak mengerti lagi martabatnya, sehingga perbuatannya sangat tidak sesuai lagi dengan predikatnya sebagai manusia.
Untuk mengembalikan manusia kepada kemanusiaannya, antara lain ia harus disadarkan tentang martabatnya.
Secara umum bahwa manusia adalah:
1.      Makhluk-Nya yang terbaik kepribadiannya. Sebagaimana firman Allah SWT pada QS: At-tiin:
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
2.      Manusia adalah makhluk-Nya yang termulia: Firman Allah pada Surat Al-Isra: 70.
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.
3.   Manusia memang pintar: seperti Nabi Adam AS yang telah diciptakan oleh Allah test kepada Adam dengan Malaikat yang termaktub pada QS. Al-baqarah: Ayat 31-33. Nabi Sulaiman dengan dengan Jin yang termaktub pada QS. An-namal: 38-40.
4.      Manusia adalah makhluk yang terpercaya: seperti Firman Allah SWT pada QS: al-Ahzab ayat: 72 sebagai berikut:
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-                 gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan                       mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat                zalim dan Amat bodoh,
[1233] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.

5.      Manusia adalah makhluk yang tersayang:
      a.       Perlengkapan hidup komplit
            b.      Dikirimnya Rasul agar tidak sesat.
            c.       Diserahi penguasaan alam.
            d.      Dan disediakan Surga bagi manusia yang beriman dan bertaqwa.


Sahabatku sekalian, 
           Berikut ini merupakan orang-orang yang merugi:
Pada Alquran Surat Al-Kahfi Allah mengatakan bahwa, Katakanlah, “Maukah kami kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (al-Kahfi: 103—104)


         Beranjak dari ayat di atas, maka Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, yang beliau menggolongkan al-Jabriyyah (golongan ekstrem yang hanya pasrah kepada takdir) ke dalam ayat ini. Beliau berkata, “Sesungguhnya orang yang ditakdirkan menjadi bahagia (penduduk surga) maka dia pun akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan orang yang bahagia. Sedangkan barang siapa yang ditakdirkan menjadi orang sengsara (penduduk neraka) maka sesungguhnya dia akan dimudahkan mengamalkan amalan orang yang sengsara. Seseorang dilarang untuk bersikap pasrah kepada takdir lalu meninggalkan amal. Oleh karena itu, orang yang pasrah kepada takdir yang telah ditetapkan lalu meninggalkan amalan-amalan yang diperintahkan (oleh Allah subhanahu wa ta’ala), dia tergolong orang-orang yang paling merugi amalannya, yaitu orang-orang yang sesat amalannya dalam kehidupan dunia.” (Majmu’ Fatawa, 8/273)  
              Dengan demikian, sebagai manusia sudah sepantasnya kita harus melakukan suatu gerakan guna menuju masa depan yang lebih cemerlang, melalui zikir, pikir dan amal saleh. Orang yang berdiam tanpa ada suatu gerakan maupun usaha dalam merubah nasibnya ke arah yang lebih baik, maka itulah golongan orang-orang yang merugi. Agar terhindar dari golongan ini, mari kita isi hidup ini dengan terus memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Salam semangat dari Kampus IAIN Padangsidimpuan.



Wallohul muwaffiq ila aqwamittorik
Wassalamu alaikum warahmatullohi wabarakatuh..